Sunday, April 27, 2014

Kegilaan akan Hobi

Siapa sih yang gak punya hobi?
Mereka yang gak punya hobi kayaknya idupnya dataaaaaarr aaaaajaa.

Hobi saya? Filateli. Bukan sekedar pengumpul prangko. Pengumpul prangko mah, yang segala macam dikumpulin. Eh saya juga pengumpul prangko deng. Filatelis mah, yang mengumpulkan prangko dengan tema tertentu aja,ada spesialisasinya. Spesialisasi saya, di postal history, deltiology (mengumpulkan kartu pos dengan cap pos). Untuk tema prangko, saya kumpulkan tema sejarah, tokoh, ilmu pengetahuan dan seni, flora fauna, animasi, dan prangko unik. Banyak ya, ya makanya saya bilang pengumpul prangko, orang semuanya dikumpulin.

Konon, hobi yang paling diminati di dunia adalah koleksi koin. Dulu saya pernah jalanin, cuma merasa gak nyaman aja, mahal dan sulit. Setelahnya, baru koleksi prangko. Saya rasa, koleksi prangko tidak semahal koleksi koin, meski  mahal juga. Itu mungkin bisa disebut hobi klasik, sudah ada sejak jaman dahulu kala.
Ada juga hobi yang muncul akhir-akhir ini. Sebut saja, koleksi mainan (beberapa teman saya menekuninya), cosplay (ada juga beberapa teman saya yang menekuninya), dan lain-lain.

Ada satu permasalahan yang pernah saya bahas dengan teman-teman saya yang hobi koleksi. Kalap! Ya! Kalau kita jajan benda koleksi kita, pasti uang yang dihabiskan akan melebihi dana yang sudah kita sediakan. Saya, contohnya. Saya selalu mematok uang yang saya habiskan cukup berkisar 50.000 rupiah sekali jajan. Pulang-pulangnya, uang di dompet saya berkurang lebih dari itu, hingga 150.000 rupiah malah pernah. Di perjalanan pulang, saya baru bertanya pada diri sendiri,"Qi, nanti malam makan apa? Uangmu sudah habis lho" Alamak! Bahkan saya gak ingat makan! Begitu pula teman-teman saya, ada cerita dari teman saya yang koleksi mainan gundam, dan pasti menghabiskan beratus-ratus ribu sekali jajan. Lupa daratan pokoknya.

Kemarin saya mengunjungi sebuah toko filateli di Bandung. Saya gak mau menyebut jumlah uang yang saya habiskan, tapi saya bilang ke si mbak kasirnya, "Tuh kan, gara-gara mbak uang saya habis. Saya mah gak boleh ke sini sering-sering lama-lama, nanti bangkrut" sementara si mbak hanya tersenyum sambil bilang, "Gak apa-apa mas, investasi." Ya! investasi!

Filateli bukan sekedar koleksi 'sampah' berharga. Dalam dua puluh tahun, jangan lama-lama deh, dalam tiga tahun, prangko yang saat ini harganya bisa naik berkali-kali lipat! Apalagi prangko yang sudah dua puluh, lima puluh, bahkan seratus tahun. Saya punya selembar prangko Tiongkok dari tahun 1962 yang menggambarkan pertunjukan Mei Lanfang, saya cek di katalog, harganya mencapai tiga ratus ribu rupiah, 300.000 rupiah! Hanya selembar saja padahal! Lalu saya bertanya-tanya nilai prangko Nederland Indie tahun 1941, dan prangko Portugal 1898 yang saya miliki. Sama seperti investasi, setelah beberapa lama, nilainya akan melejit, itulah filateli.

Bukannya memandang rendah hobi yang lain, tapi saya merasa hobi klasik semacam filateli dan numismatik memiliki investasi. Kalaupun sangat butuh uang, seluruh koleksinya bisa dilelang murah yang pasti akan dikerubungi oleh filatelis lain. Ya barangkali koleksi mainan juga akan diburu oleh kolektor lain juga, tapi mungkin harganya tidak akan begitu berbeda jauh.
Dalam filateli, sebuah jenis prangko dicetak minimal 300.000 set. sebuah carik kenangan biasanya 30.000 set, dan sampul hari pertama 5000 set. Bayangkan saja, hanya 5000 lembar yang dicetak dan Anda memiliki salah satunya. Selain itu, masa jual benda filateli dengan harga muka (yang tertera) hanyalah tiga tahun. Selebihnya, PT Pos Indonesia tidak berhak menjualnya, dan hanya kolektor yang bisa menjualnya. Yang namanya kolektor, tentu mencari untung. harganya tidak akan harga muka lagi, yang berarti setelah tiga tahun pun harganya sudah mulai naik. apalagi jika dicetak terbatas. Apalagi jika ada sisanya setelah masa jualnya habis, yang berarti kurang dari (misalkan, sampul hari pertama) lima ribu lembar yang ada di dunia ini. Semakin langka, semakin susah dapatnya,semakin naik nilainya.

Tapi jujur, saya lebih menghargai mereka yang punya hobi koleksi, seperti koleksi prangko, koleksi koin, koleksi benda antik, koleksi mainan, koleksi uang, hingga koleksi bungkus rokok (menghitung hari?). Karena dalam koleksi-mengoleksi, benda yang kita koleksi merupakan puzzle yang harus kita selesaikan. Seorang filatelis belum puas jika set koleksinya belum lengkap. Dalam menyelesaikan puzzle inilah kita dijadikan kalap ketika belanja, "Oh God, look, that is one of the stuffs that I'm looking for right now!". Ting! Mesin kasir berbunyi, benda berpindah ke tangan kita, uang pindah ke laci kasir, dan kita bertanya-tanya makan apa nanti malam.

Akhir-akhir ini saya sedikit menahan diri. Saya pengen liburan, dan harus nabung. Tapi masih banyak utang kartu pos yang harus saya kirim. Semoga saja cepat selesai, dan saya bisa nabung (yah, keburu libur deh, gak jadi liburannya deh).

Siapapun yang hobinya koleksi sesuatu, ketahuilah, ANDA KEREN!!! Setidaknya dari sudut pandang jumlah koleksi Anda.