Monday, June 10, 2013

Deixis - Another Matter of Perspective

Halooooo!!!

Lama banget saya gak nyentuh blog saya. Rencananya sih sekarang mau bikin dua post, tapi kita lihat aja.


Setelah kemaren udah bahas masalah perspektif, sekarang saya juga mau membahas perspektif, namun dalam sisi kebahasaan.
Deixis (pengucapan: daiksis), adalah kata-kata yang artinya pasti, namun maknanya bisa jadi berbeda menurut orang, tempat, atau waktu. Jadi ini tuh masalah seseorang dengan ruang dan waktu. Ngejelasinnya emang ribet sih, tapi saya kasih contoh aja nih.
Bayangkan ada kata-kata "Sekarang bayar, besok gratis" di sebuah warung. Lalu sebutlah, si Fulan, datang dan berpikir, "ah kalau sekarang bayar, lebih baik besok saja ke warungnya biar gratis", dan begitulah terjadi setiap hari.
Itu contoh temporal deixis. Yakni deixis yang menunjuk waktu, namun bisa membingungkan pendengarnya. Atau ada teman saya yang menuliskan "Yesterday you said that tomorrow you'll do it", yah tinggal jawab lagi aja, "yes, just like I said, I'll do it tomorrow". Atau ada juga yang bilang, "My diet schedule is constant: tomorrow!" Yah gak pernah diet atuh jadinya. Ada juga pengalaman saya, ketika tengah malam, jam 00.30 kurang lebih, saya bertanya "besok mau sekolah?" teman saya menjawab "sekarang juga sudah besok." nah, bingung tuh, katanya sekarang, tapi besok :D
Ada juga spatial deixis. Yakni deixis yang berhubungan dengan tempat/ruang. Saya sendiri pernah mengalaminya ketika saya mencari ayah saya di kerumunan orang. Percakapan kami di telepon kurang lebih begini:

Saya: Papi dimana?
Ayah: Disini, uqi cepet ke sini! Kamu dimana?
Saya: Ya disini!

Haha! Lihatlah, kita sama-sama menggunakan kata "disini", namun tidak berada di tempat yang sama. Biasanya, spatial deixis melibatkan kata "disini" dan "disana"

Terakhir, personal deixis. Simaklah kisah jenaka ini.

Guru: Anak-anak, kalian belajar itu untuk ibu atau untuk kamu?
Siswa: Untuk kamu, bu~

Sementara "kamu" yang dimaksud bu guru adalah para siswa, namun ketika para siswa menyebut "kamu" akan merujuk pada si guru tersebut. Bayangkan saja jika ada dua orang yang saling mempersilakan satu sama lain:

A: Silakan Anda duluan
B: Tentu saja! Anda kan duluan? Silakan
A: Bukan saya, tapi Anda. Silakan!
B: Siapa yang bilang saya? Yang duluan Anda kok, silakan!

 Nah, itulah personal deixis. Ketika saya menulis blog, saya menggunakan pronoun "saya" karena saya yang menulis. Ketika Anda membacanya, Anda bisa saja berkhayal bahwa ini adalah tulisan Anda, karena Anda membaca "saya" alih-alih nama saya.
Halah, tuh kan, ini tuh urusan perspektif lagi.

Tapi, untuk menghindari salah komunikasi, biasanya si pendengar dan pembicara sudah tahu apa yang sedang dibicarakan, sudah tahu rujukannya untuk apa atau siapa, maka jarang terjadi salah komunikasi yang melibatkan deixis ini.

Saya rasa cukup post saya mengenai deixis. Semoga berguna bagi teman-teman, itung-itung nambah ilmu kebahasaan yaa! :)

No comments:

Post a Comment