Monday, July 8, 2013

Ngapain Sedekah?

Haloooooo~ Sampurasuuuuun~

Judulnya sepertinya agak provokatif ya?
Yah memang itu yang ingin saya bahas. Ngapain sedekah? Cuma menghabiskan uang, toh? Mending uangnya kita habiskan untuk diri kita sendiri, belanja, makan, dan lain-lain, kan?

Yang (masih) berpikiran seperti diatas maka saya masukkan Anda dalam golongan (maaf) egois dan pelit.
Mohon maaf ya, tapi memang itulah kenyataannya. Berderma, seberapapun kecilnya, menunjukkan bahwa Anda berempati pada masyarakat dan Anda tidak cinta duniawi.

Perlu Anda ketahui, Bill Gates pernah menjadi orang terkaya di dunia. Namun akhir-akhir ini, peringkatnya turun menjadi orang terkaya ke-2 di dunia. Tahukan Anda mengapa? Oh bukan, bukan karena pendapatannya turun atau pengeluaran pribadinya naik. Ia justru mendermakan (banyak) uangnya pada yayasan-yayasan sosial untuk membantu masyarkat menengah ke bawah!
Perlu Anda ketahui juga, orang terkaya pertama di dunia saaat ini, Carlos Slim Helu, merupakan salah satu penderma terbanyak juga. Pokoknya, jajaran-jajaran orang terkaya di dunia diisi oleh mereka yang dermawan dan pekerja keras.
Bagi Muslim, teladan kita adalah Rasul dan para sahabatnya. Tahukah Anda sedekah Abu Bakar? Ia pernah menyedekahkan 100% (!) hartanya pada masyarakat. Jajaran sahabat Nabi pun semuanya orang yang dermawan dan terpuji. Apalagi Rasul, beliau sangat mementingkan umatnya.
Nah, dari orang-orang teladan kita di masa lalu hingga di masa kini, saya belajar.

Konon, mereka yang berderma, hartanya yang telah dilepaskan itu akan kembali lagi nanti, bersama teman-temannya :D Allah akan mengganti sedekah kita dengan harta yang berkali-kali lipat jumlahnya, barakah yang tak terhingga, sampai surga yang tak dapat terbeli begitu saja.
Belajar sedekah adalah sesuatu yang sulit. Anda bisa saja percaya bahwa derma Anda akan diganti, tapi Anda sulit mempraktekannya, yang artinya Anda belumsepenuhnya percaya dengan janji Tuhan. Padahal, janji-Nya adalah janji yang selalu ditepati, karena Ia tidak mungkin mengingkari janji.

Saya ada beberapa kisah pribadi mengenai keajaiban berderma. Sedekah secara terang-terangan itu boleh kok, asal niatnya untuk syiar, dan bukan untuk riya. Bismillah, saya berniat menceritakan pengalaman bersedekah saya agar dapat ditiru oleh kawan-kawan :)
>> Pernah waktu itu saya mengikuti sebuah Try Out berhadiah, yakni yang mendapat nilai tertinggi akan mendapatkan hadiah dari penyelenggara Try Out tersebut. Sehari sebelum Try Out, saya masih di Bandung, padahal pelaksanaannya di Sukabumi. Maka saya pun berdoa agar TO esok hari dimudahkan, karena saya sungguh tidak mempelajari materi apapun. Singkat cerita, saya pulang sehari sebelum try out itu, dan kebetulan dapat banyak salam tempel. Di jalan saya berniat, saya akan berikan sejumlah uang untuk adik-adik saya (yang termasuk sedekah juga) ketika saya sampai nanti. Singkat cerita, saya berikan sejumlah uang itu pada adik-adik saya. Esoknya, saya mengikuti TO tersebut, dan (agar lebih singkat lagi), rupanya saya meraih peringkat pertama (padahal saya  tidak belajar apa-apa sama sekali). Pihak penyelenggara memanggil saya agar datang ke kantor mereka untuk pengambilan hadiah. Waktu itu, penyelenggaranya adalah sebuah perusahaan operator telefon, yang saya pikir,"Ah paling hadiahnya merchandise kecil", namun agar menghormati penyelenggara saya pun mendatangi kantor mereka. Betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa hadiah yang saya dapatkan adalah sejumlah uang, yang jumlahnya 10x lipat dari uang yang saya berikan pada adik-adik saya sebelum TO! Alhamdulillah!
>> Suatu waktu, saya pernah menabung, dan ketika saya mencapai jumlah tertentu, saya menyedekahkan semua tabungan saya. Waktu itu adalah detik-detik pengumuman SNMPTN, dan saya berdoa agar sedekah saya membawa kabar gembira. Namun yang mengganjal perasaan saya adalah beberapa urusan administrasi SMA saya ada yang belum selesai. Tadinya saya mau menggunakan uang tabungan saya untuk membantu menyelesikan urusan itu, namun saya percaya kekuatan dan keajaiban sedekah lebih pasti. Dan, Anda tahu, meskipun saya tidak mendapat kabar bahagia dari SNMPTN Undangan, namun saya mendapat ganti 10x uang yang saya dermakan untuk keperluan yang belum selesai tersebut! Subhanallah!
Mungkin bagi orang-orang yang tidak percaya pada kekuatan sedekah, itu hanyalah sebuah kebetulan dan kejadian biasa. Namun saya benar-benar yakin, Allah menolong saya, hamba-Nya yang telah meminjamkan hartanya pada-Nya, dan pertolongan-Nya datang dikarenakan sedekah saya tersebut.

Banyak juga kisah-kisah lain yang berkenaan dengan sedekah. Bahkan saya yakin, undangan saya mengunjungi negeri matahari terbit secara gratis pun dikarenakan beberapa sedekah brutal yang saya jalani!

Oiya, konon, sedekah tidak hanya membuat harta kita berlimpah. Ada beberapa lagi manfaat yang saya rasakan dari sedekah:
>> Hati merasa lebih plong, karena harta yang kita bawa tidaklah banyak
>> Rasa aman karena telah mengeluarkan harta kita yang milik orang lain, tanpa perlu diambil paksa oleh orang lain ataupun oleh-Nya (seperti dicopet, hilang, terbakar, dll)
>> Kesehatan lahir-batin dan kegembiraan ketika melihat petugas penerima sedekah tersenyum dan mendoakan kebaikan
>> Keimanan yang lebih tebal dan keyakinan pada-Nya bertambah

Ada yang mempermasalahkan, apakah sedekah yang tidak ikhlas dapat balasan? Well, setelah saya belajar dari buku-bukunya Pak Ippho Santosa, ia berkata bawha sedekah ataupun derma, ataupun apa namanya, tidak ikhlas sekalipun, akan dibalas. Buktinya, banyak pebisnis non-Muslim yang bersedekah hanya untuk mendapatkan nama atau mempromosikan barang, namun justru bisnis mereka lebih maju dan berkembang pesat karena derma tersebut. Perlu dicatat bahwa mereka adalah non-Muslim yang tidak percaya keajaiban sedekah yang difirmankan oleh Allah.
Lagipula, sedekah sangatlah membantu dalam mengatasi perbedaan mencolok antara si kaya dan si miskin. Dampak langsungnya adalah pada masyarakat sendiri. Dan konon, "menolong" adalah perbuatan yang paling indah di dunia setelah "mencintai" dan menolong adalah tanda cinta. Cinta sesama, cinta diri sendiri, cinta bangsa, cinta agama, cinta Tuhan, cinta Rasul, dan sebagainya.
Sedekah pun, mendekatkan kita pada Ilahi. Jika kita sering "pedekate" dengan gebetan dengan mentraktirnya makan, memberi hadiah, dan lain-lain, lalu hubungan Anda menjadi lebih dekat dengennya, dan setelah Anda berbahagia dengannya Anda bernostalgia mengenai pedekate waktu dulu, mengapa kita tidak mencoba pedekate dengan Tuhan dengan mentraktir makan orang-orang miskin dan memberi hadiah pada anak-anak yatim piatu, lalu, hubungan anda dengan-Nya lebih dekat dan Ia pun tak akan ragu meberikan  keridhaan-Nya pada Anda dan pada akhirnya, di kehidupan setelah ini, Anda bisa bernostalgia dengan Tuhan mengenai sedekah dan derma yang Anda keluarkan pada saat di dunia ini :D


Jadi, ngapain sedekah? Ya baca lagi artikelnya! Semoga bermanfaat :)

Saturday, July 6, 2013

Ikhlas: Perlu Latihan!

Haloooo~ Assalamualaikum~ Sampurasun~

Saya mau berbagi ilmu yang saya dapat dari buku-bukunya bapak Ippho "Right" Santosa, Negeri 5 Menara, dan beberapa referensi lain yang cukup banyak.

Bahasan kali ini adalah: ikhlas.
Oke, seperti biasa, (well, saya juga glossophile, pecinta bahasa), saya ulas dulu pengertiannya dari segi bahasa. Menurut KBBI, ikhlas adalah bersih hati atau tulus hati. Menurut bahasa Arab (saya dapat ini dari teman saya, harap dikoreksi jika salah), ikhlas berakar kata dari khalasa, yang artinya mengosongkan (kalau begitu, sedekah dengan ikhlas adalah mengosongkan dompet? :D ).
Dalam prakteknya, ikhlas dapat diartikan sebagai "melakukan/memberikan sesuatu dengan tulus hati tanpa adanya paksaan dan pengaruh dari hal/faktor lain". Oya, itu tafsiran saya pribadi. Yah, pokoknya saya yakin pembaca blog saya sudah mengerti betul apa itu ikhlas...
Yang menjadi masalah, beberapa orang masih menyalahgunakan arti ikhlas....
Contohnya saja dalam bersedekah. Ia berderma Rp 1.000 pada kotak amal, dan berdalih, "Biar jumlahnya kecil yang penting ikhlas." Justru bersedekah dalam jumlah sedikit menandakan bahwa ia tidak ikhlas. Jika kita meminta sesuatu dan diberinya sedikit, orang Sunda akan berkomentar "Ah méré téh siga nu teu ikhlas kitu!" (Ah, memberinya seperti yang tidak ikhlas saja). Nah, memberi sedikit justru telah diketahui kita sebagai bentuk ketidakikhlasan kita!
Dalam berderma, cobalah berlatih ikhlas. Biasanya Anda menyumbang, sebutlah Rp 5.000, sekali-kali, gandakan menjadi Rp 10.000, setelah itu, coba naikkan lagi, coba naikkan lagi, terus begitu. Mungkin pada awalnya Anda merasa tidak ikhlas dan sayang, mempertimbangkan sejuta kali apa Anda benar-benar harus menyedekahkan jumlah itu. Namun pada akhirnya, Anda akan terbiasa untuk ikhlas dan berderma degan brutal!
Timbullah pertanyaan, "Lah, kalau memberinya tidak ikhlas, bagaimana bisa berpahala?" Yah, daripada Anda memberinya segitu-segitu terus, mending dinaikkan dan pada akhirnya menjadi ikhlas kan?
Salah satu contoh lain adalah ketika salat. Hadits menyebutkan bahwa jika anak berusia 7 tahun tidak mau salat, orangtuanya wajib memberinya hukuman berupa pukulan (teguran). Pada awalnya, si anak pasti hanya salat  agar menghindari hukuman orangtuanya. Namun karena terbiasa, ia pasti lama-kelamaan menjadi salat karena Allah, bukan karena menghindari hukuman. Ia pun bisa salat dengan mandiri, meskipun orangtuanya tiada.
Itu ajaran Rasul, yakni membiasakan kita beribadah, atau mungkin tepatnya memaksa kita terbiasa ibadah. Kata guru saya sih, "Lebih baik dipaksa masuk surga, daripada dibiarkan masuk neraka!" Nah loh! Bener kan?
Ssssttt, percaya atau tidak, saya sudah sedikit-sedikit menerapkan ilmu diatas, dan keajaiban sedekah banyak datang pada saya karenanya! Insya Allah akan saya bahas nanti, mengenai keajaiban berderma ini.
Nah, bab diatas adalah "ajaran" dari bapak Ippho. Berikutnya, ada juga ajaran dari bang Ahmad Fuadi dari buku Negeri 5 Menara.
Di buku itu, disebutkan bahwa kata "ikhlas" sekalipun berdampak besar, meski sebenarnya tidak ikhlas. Ummm, sebenarnya saya membaca buku itu bertahun-tahun lalu, jadi mohon maaf jika ada yang salah. Seingat saya, si tokoh utama di buku itu, Alif, tengah mendapatkan hukuman karena melakukan pelanggaran. Yah, dihukum, siapa sih yang gak sebel? Namun, saat ditanya oleh "dewan kedisiplinan", "Apa Anda ikhlas menerima hukuman ini?" Yah mau tidak mau dia menjawab, "Insya Allah saya ikhlas" meskipun pada kenyataannya tidak ikhlas sama sekali, yang ada dongkol! Namun, saat menjalani hukuman tersebut, ia merasa lebih bersemangat menjalaninya agar hukumannya cepat selesai, ia pun tidak menganggap bahwa itu adalah sebuah hukuman.
Jadi sebenarnya, dalam kata "ikhlas" sendiri, ada sebuah kekuatan yang menyugestikan kita agar berbuat sesuatu dengan tulus. Mungkin, hanya dengan mengucapkan "saya ikhlas" (pada kenyataannya tidak), jiwa kita merasa bahwa kita HARUS benar-benar ikhlas. Dan pada akhirnya, kita pun ikhlas.
Mungkin, jikaAnda akan berderma dalam jumlah besar, katakan saja "Bismillah, saya ikhlas", dan siapa tahu Anda benar-benar ikhlas!
Namun, seperti yang saya katakan, ikhlas itu butuh latihan yang lama, dan panjang prosesnya. Memang, tidak ada hal indah dan baik di dunia ini yang bisa didapat dengan cara instan layaknya mennyeduh kopi atau teh. Tak ada pula perkara rumit yang menyelesaikannya seperti membalikkan telapak tangan. Namun, percayalah, buah dari setiap perjuangan itu sangat manis.
Selain itu, ikhlas itu sangat diperlukan dalam SEMUA aspek kehidupan. Silakan tanya pada Anda sendiri: sudahkah Anda ikhlas pada semua yang telah terjadi?
Saya bukanlah ulama, apalagi seseorang yang ikhlas dalam segala hal. Namun saya ingin sama seperti manusia maju lainnya, terus belajar. Bukan hanya belajar ilmu-ilmu pasti di sekolah  dan universitas, bukan hanya belajar ilmu-ilmu soft skill untuk berosialisasi dan bermasyarakat, namun saya juga ingin mempelajari ilmu-ilmu untuk menguasai diri saya. Syahdan, semua hal dalam hidup akan lebih baik, jika kita telah menguasai diri. Amabakdu, kita akan menjalani  hidup yang tenang :)

Sekian dari saya, terimakasih ^_^

Thursday, July 4, 2013

Grafologi: "Ngepoin" Seseorang dari Tulisannya

Haloooooo~

Maaf ya sudah lama tidak memperbaharui blog saya T_T

Sekarang saya mau bahas mengenai hal yang sedang saya pelajari: Grafologi.
Dilihat dari katanya, Grafo=Tulisan, dan Logi=Ilmu. Jadi, secara etimologis, grafologi berarti ilmu mengenai tulisan. Namun, dalam penerapannya, grafologi adalah ilmu membaca karakter dan sifat seseorang dari tulisan yang ia tulis dari tangannya sendiri.
Berdasarkan ilmu psikologi, konon tulisan kita merupakan cerminan dari sifat kita yang merupakan hasil dari perbuatan dan perilaku kita sehari-hari. Selain itu, tulisan tangan juga merupakan hasil komando dari otak, yang mencerminkan sifat-sifat si penulis. Tertarik?
Dengan grafologi, Anda bisa saja mengetahui sifat seseorang dari tulisannya. Gebetan, orang tua, keluarga, teman, bahkan bos, bisa Anda ketahui sifat-sifatnya :) Selain orang lain, Anda juga bisa mengenal diri sendiri lebih baik, dan berintrospeksi diri.
Yah, memang di Indonesia, ilmu ini serasa kurang tenar. Namun, mungkin saja kan akan sangat berguna bagi kita? Lagipula, semua ilmu pasti ada gunanya kok ;)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melihat tulisan seseorang. Antara lain posisi, ukuran, kemiringan, arah, lebar, tekanan, ketebalan, jarak, tepi, kecepatan, lengkungan, sambungan, kemudahterbacaan, permulaan, akhiran, bahkan penilaian per huruf, mulai dari huruf kapital, huruf-huruf bertitik (i dan j), huruf-huruf yang bawahnya melengkung (g, j, y, q), dan bahkan tanda tangannya pun bisa dilihat.

Namun, yang mengejutkan bagi saya, rupanya perubahan pada tulisan kita bisa merubah sifat kita juga, karena kita "memaksa" otak kita berperilaku seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang bersifat begitu. Contohnya, ukuran tulisan tangan yang kecil menandakan orang yang berkonsentrasi tinggi. Jika Anda merasa Anda sulit berkonsentrasi, cobalah menulis dengan tulisan yang kecil-kecil. Ini akan "memaksa" otak Anda untuk berlaku seperti mereka yang berkonsentasi tinggi, dan akhirnya Anda pun bisa berkonsentrasi lebih baik.

Selain Anda bisa "kepo" terhadap tulisan orang, grafologi juga bisa membuat Anda mengerti seseorang lebih baik, karena Anda mengerti sifat-sifatnya dan Anda tahu apa yang harus dilakukan jika sedang bersamanya, dan bagaimana Anda harus berperilaku. Anda pun bisa lebih disayang orang-orang karena mereka merasa dimengerti oleh Anda ;)

Ingin belajar? Berhubung saya belum menguasainya, saya belum bisa menuliskan disini, sepertinya lebih baik jika Anda mencari situs-situs belajar grafolgi di internet atau membeli buku-buku yang berkaitan dengan grafologi.
Yah, siapa tahu Anda menjadi HRD di suatu perusahaan suatu saat nanti, saat Anda akan merekrut pegawai baru, ilmu grafologi ini akan membantu Anda merekrut pegawai yang kompeten, berdasarkan tulisan tangannya, tentu saja! :D