Tuesday, September 9, 2014

Manusia Karbitan

Istilah 'karbitan' digunakan orang-orang (setidaknya orang Sunda yang banyak berada di sekitar saya) untuk merujuk kepada buah yang belum matang dan dimatangkan dengan bantuan karbit, dipaksa matang begitu deh.

Saya adalah manusia karbitan. Bukan maksudnya saya disimpan di peti bersama seonggok karbit dan ditutup rapat selama seminggu. Saya adalah 'korban' akselerasi. Saya menyelesaikan pendidikan jenjang SMP-SMA hanya dalam waktu 4 tahun.
Barangkali yang Anda pikir adalah "Wah pasti pintar." "Wah orang genius." "Nak, kamu kayak dia, ya. Pinter, hebat, bisa lulus SMP-SMA 4 tahun, hemat 2 tahun lho nak."
Saya sendiri tidak merasa begitu pintar. Yah, mungkin cukup pintar untuk masuk kelas akselerasi namun jika dibandingkan dengan teman-teman lainnya saya ada di bawah mereka. Setidaknya saya merasa pintar dalam bidang bahasa. Yah, semua manusia punya kelebihan masing-masing bukan?

Efek samping dari program pengarbitan ini adalah....saya mulai kuliah dua tahun lebih awal. Di kelas saya, sayalah yang termuda. Sisanya tersebar dari kelahiran 1992-1994 sementara hanya saya yang lahir pada tahun 1996. Akibatnya, saya dipanggil 'dede' oleh teman-teman sekelas.

Namun ada satu yang saya syukuri dari pemaksaan-pendewasaan diri ini. Dengan berkuliah dua tahun lebih awal, saya dipaksa lebih dewasa dua tahun daripada teman-teman saya. Apa saja yang saya dapatkan? Jangan sebut dewasa dulu deh. Seenggaknya ada beberapa hal yang sudah saya rasakan. antara lain:
1. Saya bisa ketawa gak jelas, saat mengerjakan paper 3000 kata dan stuck di 2800 kata, dan gak tahu harus nulis apa
2. Bisa tahu rasanya rusuh saat deadline tugas jam 12 namun hingga jam 11 belum selesai mengerjakan
3. Bisa tahu rasanya rusuh saat kuliah jam 7 dan pada perkuliahan pertama ada tugas yang harus diserahkan. Saat itu jam lima subuh dan Anda masih mengerjakan tugasnya
4. Bisa tahu rasanya overwhelming saat tugas menggunung dan Anda tidak tahu harus dikerjakan dari mana
5. Bisa tahu rasa bangga saat berhasil mengerjakan paper sejumlah 1000, 2000, bahkan 3000 kata. Berasa jadi orang pinter, sumpah!
6. Bisa travelling bersama teman-teman ke beberapa tempat. Dan travelling bersama teman (apalagi budget travel) sangat jauh berbeda dengan travelling bersama keluarga)
Dan terlalu banyak hal menarik lain yang berharga bagi saya.

Tanpa memandang rendah kawan-kawan maba, saya sangat bersyukur. Saya pernah jadi maba juga. Pernah merasakan euforia maba, eksplor tempat baru dengan teman baru, hang-out ngobrol ngalor-ngidul. Barangkali baru itu hal-hal yang maba rasakan. Sementara saya, sudah dua tahun lebih maju dan banyak pengalamannya.

"Ah, tapi masa SMP-SMAnya berkurang, ya sama aja. Nugas mulu, belajar mulu, mainnya kapan?"
Percaya atau tidak, anak aksel juga mahasiswa biasa. Saya dan teman-teman aksel suka ngumpul, makan bersama, nongkrong, main. Yah, kita gak selamanya makan buku dan nyemilin hitungan kok.

Sebenernya saya bikin artikel ini sebagai pembangkit semangat diri sendiri. Saya sedang sedikit kewalahan dengan tugas dan harus menyemangati diri sendiri, Karena kelak, setelah tugas selesai, maka saya merasa bangga terhadap diri sendiri bahwa saya berhasil melaluinya.

Biar saya tutup dengan ini:
Isilah sebuah toples dengan sebuah batu besar. Apa toples itu penuh? Tidak
Isilah dengan beberapa batu sedang hingga tidak bisa diisi lagi. Sudah penuh? Tidak.
Isilah dengan batu-batu kecil hinga penuh. Tidak bisa penuh, masih ada ruang kosong.
Isilah dengan pasir hingga ke atas. Penuh? Ya! Atau....tidak?
Yakin penuh? Coba tuangkan air hingga penuh. Pasirnya turun, memadat. Berarti tadi tidak penuh.
Toples itu hidup Anda. Mau toplesnya sebesar apapun, itu urusan Tuhan. Tapi semua orang ingin toplesnya penuh bukan? Coba jangan diisi dengan yang cetek seperti batu besar. Isilah dengan pasir atau air atau keduanya. Jangan diisi dengan satu pengalaman, coba cari pengalaman lain yang banyak. Agar hidup anda jadi penuh.
 
 
 

No comments:

Post a Comment