Saturday, July 6, 2013

Ikhlas: Perlu Latihan!

Haloooo~ Assalamualaikum~ Sampurasun~

Saya mau berbagi ilmu yang saya dapat dari buku-bukunya bapak Ippho "Right" Santosa, Negeri 5 Menara, dan beberapa referensi lain yang cukup banyak.

Bahasan kali ini adalah: ikhlas.
Oke, seperti biasa, (well, saya juga glossophile, pecinta bahasa), saya ulas dulu pengertiannya dari segi bahasa. Menurut KBBI, ikhlas adalah bersih hati atau tulus hati. Menurut bahasa Arab (saya dapat ini dari teman saya, harap dikoreksi jika salah), ikhlas berakar kata dari khalasa, yang artinya mengosongkan (kalau begitu, sedekah dengan ikhlas adalah mengosongkan dompet? :D ).
Dalam prakteknya, ikhlas dapat diartikan sebagai "melakukan/memberikan sesuatu dengan tulus hati tanpa adanya paksaan dan pengaruh dari hal/faktor lain". Oya, itu tafsiran saya pribadi. Yah, pokoknya saya yakin pembaca blog saya sudah mengerti betul apa itu ikhlas...
Yang menjadi masalah, beberapa orang masih menyalahgunakan arti ikhlas....
Contohnya saja dalam bersedekah. Ia berderma Rp 1.000 pada kotak amal, dan berdalih, "Biar jumlahnya kecil yang penting ikhlas." Justru bersedekah dalam jumlah sedikit menandakan bahwa ia tidak ikhlas. Jika kita meminta sesuatu dan diberinya sedikit, orang Sunda akan berkomentar "Ah méré téh siga nu teu ikhlas kitu!" (Ah, memberinya seperti yang tidak ikhlas saja). Nah, memberi sedikit justru telah diketahui kita sebagai bentuk ketidakikhlasan kita!
Dalam berderma, cobalah berlatih ikhlas. Biasanya Anda menyumbang, sebutlah Rp 5.000, sekali-kali, gandakan menjadi Rp 10.000, setelah itu, coba naikkan lagi, coba naikkan lagi, terus begitu. Mungkin pada awalnya Anda merasa tidak ikhlas dan sayang, mempertimbangkan sejuta kali apa Anda benar-benar harus menyedekahkan jumlah itu. Namun pada akhirnya, Anda akan terbiasa untuk ikhlas dan berderma degan brutal!
Timbullah pertanyaan, "Lah, kalau memberinya tidak ikhlas, bagaimana bisa berpahala?" Yah, daripada Anda memberinya segitu-segitu terus, mending dinaikkan dan pada akhirnya menjadi ikhlas kan?
Salah satu contoh lain adalah ketika salat. Hadits menyebutkan bahwa jika anak berusia 7 tahun tidak mau salat, orangtuanya wajib memberinya hukuman berupa pukulan (teguran). Pada awalnya, si anak pasti hanya salat  agar menghindari hukuman orangtuanya. Namun karena terbiasa, ia pasti lama-kelamaan menjadi salat karena Allah, bukan karena menghindari hukuman. Ia pun bisa salat dengan mandiri, meskipun orangtuanya tiada.
Itu ajaran Rasul, yakni membiasakan kita beribadah, atau mungkin tepatnya memaksa kita terbiasa ibadah. Kata guru saya sih, "Lebih baik dipaksa masuk surga, daripada dibiarkan masuk neraka!" Nah loh! Bener kan?
Ssssttt, percaya atau tidak, saya sudah sedikit-sedikit menerapkan ilmu diatas, dan keajaiban sedekah banyak datang pada saya karenanya! Insya Allah akan saya bahas nanti, mengenai keajaiban berderma ini.
Nah, bab diatas adalah "ajaran" dari bapak Ippho. Berikutnya, ada juga ajaran dari bang Ahmad Fuadi dari buku Negeri 5 Menara.
Di buku itu, disebutkan bahwa kata "ikhlas" sekalipun berdampak besar, meski sebenarnya tidak ikhlas. Ummm, sebenarnya saya membaca buku itu bertahun-tahun lalu, jadi mohon maaf jika ada yang salah. Seingat saya, si tokoh utama di buku itu, Alif, tengah mendapatkan hukuman karena melakukan pelanggaran. Yah, dihukum, siapa sih yang gak sebel? Namun, saat ditanya oleh "dewan kedisiplinan", "Apa Anda ikhlas menerima hukuman ini?" Yah mau tidak mau dia menjawab, "Insya Allah saya ikhlas" meskipun pada kenyataannya tidak ikhlas sama sekali, yang ada dongkol! Namun, saat menjalani hukuman tersebut, ia merasa lebih bersemangat menjalaninya agar hukumannya cepat selesai, ia pun tidak menganggap bahwa itu adalah sebuah hukuman.
Jadi sebenarnya, dalam kata "ikhlas" sendiri, ada sebuah kekuatan yang menyugestikan kita agar berbuat sesuatu dengan tulus. Mungkin, hanya dengan mengucapkan "saya ikhlas" (pada kenyataannya tidak), jiwa kita merasa bahwa kita HARUS benar-benar ikhlas. Dan pada akhirnya, kita pun ikhlas.
Mungkin, jikaAnda akan berderma dalam jumlah besar, katakan saja "Bismillah, saya ikhlas", dan siapa tahu Anda benar-benar ikhlas!
Namun, seperti yang saya katakan, ikhlas itu butuh latihan yang lama, dan panjang prosesnya. Memang, tidak ada hal indah dan baik di dunia ini yang bisa didapat dengan cara instan layaknya mennyeduh kopi atau teh. Tak ada pula perkara rumit yang menyelesaikannya seperti membalikkan telapak tangan. Namun, percayalah, buah dari setiap perjuangan itu sangat manis.
Selain itu, ikhlas itu sangat diperlukan dalam SEMUA aspek kehidupan. Silakan tanya pada Anda sendiri: sudahkah Anda ikhlas pada semua yang telah terjadi?
Saya bukanlah ulama, apalagi seseorang yang ikhlas dalam segala hal. Namun saya ingin sama seperti manusia maju lainnya, terus belajar. Bukan hanya belajar ilmu-ilmu pasti di sekolah  dan universitas, bukan hanya belajar ilmu-ilmu soft skill untuk berosialisasi dan bermasyarakat, namun saya juga ingin mempelajari ilmu-ilmu untuk menguasai diri saya. Syahdan, semua hal dalam hidup akan lebih baik, jika kita telah menguasai diri. Amabakdu, kita akan menjalani  hidup yang tenang :)

Sekian dari saya, terimakasih ^_^

No comments:

Post a Comment