Tuesday, September 16, 2014

Menghargai Waktu

Sejak kecil saya dididik untuk menghargai waktu.

Masih teringat jelas dalam kepala saya, semenjak SD, saya selalu datang paling pagi di sekolah. Rumah saya tidak begitu dekat dengan sekolah, lagi. Terus kenapa? Orang tua saya bertugas di sekolah yang cukup jauh dari rumah sehingga harus berangkat lebih awal. Karena mereka berangkat awal, tentu saya yang diantar jadi ikut berangkat awal juga. Awalnya dituntut keadaan, akhirnya terbawa hingga sekarang.
Hingga saat ini saya termasuk oang yang menghargai dan menjunjung tinggi ketepatan waktu. Jika saya ada janji, saya mengharuskan diri hadir selambat-lambatnya lima menit sebelum waktu yang ditentukan. Jika saya mengabari janji, setidaknya sehari sebelumnya saya ajukan biar pasti. Tentu kedua hal ini berdampak positif: saya tidak pernah terlambat kuliah atau terlambat memberikan tugas.

Namun yang suka bikin saya berpikir dalam-dalam, orang-orang di sekitar saya, orang Indonesia, malah sedikit yang menghargai ketepatan waktu. Kalau janji dengan kawan-kawan, gak sedikit yang datang semaunya. Jangankan begitu, yang telat menghadiri perkuliahan aja banyak. Kadang kan suka gatel sendiriii, ngeliaat temen sendiriiii, dateng telat ke kampuuusss....

Hari minggu kemarin saya ada jadwal ngajar Esperanto di komunitas faktabahasa. Saya sudah beritahu narahubungnya sejak Kamis atau Jumat bahwa saya ingin clubbing hari Minggu pukul 11 siang. Katanya akana dia jarkom. Taunya? Baru dikirim pesannya hari Minggu pukul 10 pagi. Alhasil, peserta yang datang cuma sedikit, kan.
Ada kejadian baru lagi. Teman saya mengabari pertemuan pada pukul 3 sore, dan diberi kabarnya pukul 7 pagi, hari yang sama. Yah, padahal hari sebelumnya saya sudah buat janji yang lain, jadinya kan, saya gak ikut pertemuan tersebut. Coba dikasih tahu hari sebelumnya, mungkin saya bisa ikut dan mengulur janji yang lain.
Waktu dulu saya jarkom club Esperanto faba, selambat-lambatnya sehari sebelum jadwal sudah saya infokan. Barangkali ini 'efek samping' dari hasil diomeli orang tua kalau baru bilang ada tugas sesuatu pada malam harinya, "Kenapa gak bilang dari tadi? Jam segini mau cari begituan di mana coba? Kalau bilang dari tadi kan bisa dicari. Lain kali kalo ada apa-apa, jangan mendadak!" Dan kalimat terakhir itulah yang menempel di telinga saya, barangkali.
Jangankan mahasiswa. Dosen pun suka mendadak. "Maaf saya tidak bisa masuk kelas karena ada tugas ke luar kota." Padahal hari itu kita hanya ada satu mata kuliah dan itu jam 7 pagi. Tahu gitu kan gak usah mandi?! :D "Kelas pengganti dilaksanakan esok hari. Atur tempatnya." OMG tadinya mau libur kan gak jadi liburnyaa T_T
Apalagi pejabat. Ujug-ujug berhalangan, ngaret, hingga konon pernah ada salat Jumat yang ditunda hingga 45 menit untuk menunggu pejabat yang selaku khatib datang. MAU JADI APA BANGSA INI?!

Allah padahal sudah memberi konsep tepat waktu pada manusia: salat. Salat tepat waktu sangatlah utama. Andai semua orang bisa menerapkan salat tepat waktu, tentu akan nerap ke kehidupan sehar-hari juga toh?

Katanya, jangan ubah yang besar, ubah dulu yang kecil-kecil, nanti yang besar ngikut berubah juga. Yuk, mulai dengan diri sendiri, kita biasain tepat waktu. Mulai dari salat, kuliah, hingga mengabari. Siapa tahu, Jepang bisa kita susul. Ya toh?

No comments:

Post a Comment