Friday, October 17, 2014

Work Hard, Play Hard

Kalau kata orang Sunda sih, "Edankeun!"

Intinya, work hard play hard itu semacam pemikiran barat yang memaksimalkan semuanya dan mengedepankan keseimbangan. Kerja sepenuhnya semaksimal mungkin, main juga sepenuhnya, sebisa mungkin. Yah saya rasa teman-teman ngerti deh, ya. Jadi kalau kita kerja seharian, harus ada penghilang stres biar relaks dan gak depresi karena pekerjaan.

Pemikiran barat ini sedikit demi sedikit diadopsi orang Indonesia. Bisa dilihat, di mall-mall, di cafe-cafe, dan di restoran-restoran ternama, orang-orang dengan stelan formal menikmati sedikit waktu luangnya.
Menurut pandangan 'tradisional' orang Indonesia, sih, katanya, "Hedon! Gak boleh! Ngabis-ngabisin duit aja! Gue kaggak diajak!" yah pokoknya gitu. Menghambur-hamburkan uang untuk segelas kopi yang harganya puluhan ribu dan makanan enak yang mencapai ratusan ribu. Kata nenek sih, "Udah makan di rumah aja, nyangu (masak nasi), bikin lauk sendiri. Hemat, kan?"
Tapi kata mereka yang lagi ngupi itu sih, "Serah gue dong, duit ya duit gue. Gue juga masih zakat dan sedekah. Sekali-kali boleh, toh?"
Menurut saya sih, asal itu uang kita pribadi yang hak oranglainnya sudah diberikan, oke-oke aja. Sekali-kali, mencari kesenangan, gak apa-apa kan? Lagipula, kita niatkan saja membantu mereka yang bekerja di situ dan mencari suasana baru.
Itu definisi work hard play hard buat orang Indonesia. Kerja, capek, cari relaksasi dan kesenangan.

TAPI

Berdasarkan cerita-cerita dari dosen saya, orang-orang di Amerika sana, meskipun mereka mabuk-mabukan setiap akhir pekan, mereka tetap bisa mengerjakan tugas kuliah, bekerja sepenuhnya, semaksimal mungkin saat hari kerja. Mungkin bagi orang barat, definisi work hard play hard itu, kerja semaksimal mungkin saat hari kerja, bersenang-senang hanya pada akhir pekan.

Di situ letak kesalahan kita. Kita cenderung berpikir, ah saya sudah kerja/kuliah hari ini, pengen senang-senang kan boleh. Padahal, seharusnya kita kerja sepenuhnya saat hari kerja atau kuliah sebenar-benarnya saat hari kuliah, baru bisa bersenang-senang dan bersantai saat libur. Bagi orang Indonesia, work hard play hard harus dilakukan pada hari yang sama, padahal, bagi orang barat, ada jadwalnya.
Bahkan konon, orang barat enggan dihubungi masalah pekerjaan saat sedang berlibur (vacation). Biasanya mereka menyetel semacam balasan automatis untuk email mereka yang isinya, "mohon maaf, pesan tidak bisa dibalas secara langsung karena saya sedang berlibur" gitu deh. Beda dengan budaya orang Indonesia, di mana pekerjaan kantor di bawa ke rumah, dan hasilnya, pekerjaan rumah dan pekerjaan kantor tidak ada yang selesai.
Kata dosen saya, jika ia sedang bersantai berlibur di pantai dan mahasiswa menanyakan jadwal bimbingan skripsi, dia akan menjawab, "HULU SIA!" (orang Sunda pasti ngerti deh)

Yah itulah salah satu pergesaran makna dalam pemaknaan budaya luar di era globalisasi seperti ini. Kesiapan mental kita akan globalisasi masih kurang sepertinya, karena penyerapan budaya luar malah menyebabkan pergeseran makna dan bisa berdampak negatif. Solusinya? Yah, work hard play hard boleh aja, tapi ada jadwalnya, ada tempatnya. Selesaikan dulu work-nya, baru bisa play. Jangan dicampur. Miras dicampur/oplosan aja bisa bikin orang mati, kerjaan dan santai dicampur bisa bikin puyeng!

No comments:

Post a Comment