Thursday, March 21, 2013

The Power of Mom

Halooo!

Saya mau berbagi sebuah pengalaman pribadi saya, yang menyangkut keajaiban dan kekuatan dari seorang ibu. Ya ibu saya, ibu siapa lagi -_-'
Cerita saya ini terjadi yaa, belum lama, sebelum saya kuliah, yah pertengahan tahun lalu lah. Saat itu saya sedang duduk di kelas 3 SMA. Saat itu universitas-universitas lagi gencar-gencarnya mempromosikan kampus mereka ke anak-anak kelas 3 SMA dengan berbagai macam cara dan bahkan hadiah.
Nah, awalnya, saya ingin melanjutkan kuliah saya ke kedokteran atau ekonomi. Tapi waktu itu ada kakak kelas saya yang sudah lumayan akrab menawarkan kampusnya, yah somewhere in Bogor lah, kalo mau jentre (jelas) mah yah saya sebut aja ya, mereka menawarkan kampusnya yakni IPB. Awalnya saya gak begitu tertarik, karena saya pikir gak ada ekonomi di sana. Setelah mendengarkan cuap-cuap dan kata-kata dari kakak kelas saya, saya baru tahu di IPB ada jurusan ekonomi syariah. Saya orangnya kan lumayan religius *halah* dan tertarik dengan ekonomi, saya mulai ada chemistry nih sama IPB :D akhirnya, di sesi pertanyaan, diberitahu bahwa pertanyaan terbaik akan diberi souvenir. Teman-teman saya bertanya 'pertanyaan biasa' seperti biaya kuliah, jalur masuk, dan lain-lain. Lalu saya, karena hampir seluruh keluarga besar saya sedikit menganggap bahwa IPB tidak andil dalam bidang agrikultur Indonesia, bertanya, seperti ini kurang lebih "Indonesia kan mengimpor barang pertanian dari sana-sini, sampai banyak orang yang bilang 'Ngapain kita punya IPB kalau hasil pertanian aja impor?', nah pertanyaan saya, sekalian untuk sama-sama meluruskan pandangan mengenai IPB, apa kesalahan tersebut disebabkan memang oleh IPB, atau oleh oknum yang tidak menghargai hasil karya IPB?" Dan rupanya, memang ada oknum yang tidak menghargai hasil kerja keras anak bangsa (atau anak IPB :D ) padahal beberapa produk unggulan telah dihasilkan sama IPB. Dan saya mendapatkan souvenir itu. Dan dari situlah saya mulai benar-benar tertarik kuliah di IPB, selain karena jurusannya, banyak teman-teman yang daftar ke sana, namun sebagian besar karena rasa 'bersalah' kalau tidak daftar ke IPB (wong udah dikasih souvenir).
Akhirnya, untuk SNMPTN Undangan, saya memilih IPB sebagai kampus pilihan pertama saya, dengan pilihan jurusan Ekonomi Syariah dan Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, lalu pilihan keduanya UPI dengan pilihan jurusan Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan Bahasa Jerman. Saya sebelumnya sudah bertanya pada orangtua mengenai pilihan saya, dan mereka bilang setuju. Saya juga ibadah dilebihkan pokoknya, berdoa supaya keterima lewat undangan, jadi gak usah belajar lagi untuk SNMPTN tulis. Awalnya pilihan pertama saya ingin ke UNPAD dengan pilihan jurusan Pendidikan Dokter dan Ekonomi Pembangunan. Namun melihat raport saya, dan peminat kedua jurusan tersebut, saya urung.
Saya menunggu hasil SNMPTN undangan dengan hati yang galau tak terkira (halah), bahkan, waktu itu saya adalah 'koki keluarga', masakan-masakan saya selalu diprotes, karena kalau tidak keasinan, kurang garam. Saya pun 'cuti' memasak beberapa hari sampai hasilnya keluar. ketika hasil SNMPTN keluar, sialnya jaringan internet di rumah saya sedang error. Maka kami pun (sekeluarga!) berangkat ke sebuah warnet, dan sama-sama membuka hasil SNMPTN Undangan saya. Dengan hati berdebar, desir-desir darah mengalir dengan cepat, dan tangan berkeringat dan bergemetar, saya mengetikkan tanggal lahir saya, password saya. Lalu dengan memejamkan mata,mengucap bismillah, dan berdoa "Ya Allah, apapun hasilnya, hamba yakin ini adalah yang terbaik" di dalam hati, saya tekan tombol enter. Dan hasilnya adalah.............(jeng jeng jeng jeng) Saya tidak lolos ke semua pilihan saya :'( semua orang mencoba menenangkan saya, namun saya sudah berpikiran bahwa mau masuk atau tidak, SNMPTN undangan itu mirip Russian Roulette, untung-untungan. Jadi, masuk alhamdulillah, gak masuk gak apah-apah :D
Waktu itu juga, satu persatu teman saya yang mendapatkan kabar gembira memberitahu hasilnya, sekitar setengah dari populasi kelas saya (populasi kelas saya hanya 19 orang) masuk dan lolos melalui SNMPTN undangan. Meski saya tidak lolos, tapi saya bisa merasakan kebahagiaan yang teman-teman saya dapatkan, dan saya juga benar-benar merasa bahagia, tanpa iri sedikitpun. Sumpeeehh.
Nah, malam itu, setelah makan malam, ibu saya mengatakan sesuatu sama saya, yah intinya sih kalau sebenarnya beliau kurang setuju kalau saya kuliah di bogor, karena jauh dari keluarga (saya asalnya dari Bandung, keluarga mayoritas di Bandung, namun sekolah di Sukabumi karena orangtua saya mengajar di sukabumi), terus kalau 'kenapa-napa' bakal susah ngehubungi dan segala macem, apalagi kalo mau ketemu, orang Sukabumi pasti tahu macetnya kalo ke Bogor itu bikin pengen nabrak mobil yang ada di depan -_- Yah saya sih terima aja, toh saya juga berdoa di salat istikharah saya sebelum daftar juga toh saya doanya "Ya Allah,jika urusan yang saya pilih ini baik, maka jadikanlah ini sebagai takdir hamba. Namun jika buruk, jauhkanlah dari kehidupan hamba" Jadi yah saya sih selow aja :D
Mulai saat itu, saya mempersiapkan diri untuk mengikuti SNMPTN tulis. Saya juga bertanya pada ibu saya, kemana saya harus daftar. Ibu saya cuma bilang "Mami mah yakin Uqi kuliah di Bandung" nah yasudah saya daftar semua PTN di Bandung. Saya mengambil IPC dengan 3 pilihan sebagai berikut: 1. SAPPK - ITB, 2. Pendidikan Dokter - UNPAD, 3. Bahasa dan Sastra Inggris - UPI. Untuk pilihan pertama dan kedua, nekat, banget. Mengapa saya pilih ITB (SAPPK, yah pokoknya saya pengen masuk planologi/tata kota)? Konon, ibunda dari kakek saya menghendaki ada anak-cucunya yang kelak kulah di ITB.Kenapa saya pilih UNPAD, Pendidikan Dokter? Nah kakek saya menghendaki ada anak-cucunya yang menjadi dokter. Kenapa saya pilih Bahasa dan Sastra Inggris, bukan Ekonomi? Nah ini yang unik. Saya punya tiga pilihan di UPI, antara lain Bahasa dan Sastra Inggris, Pendidikan Ekonomi, dan Pendidikan Bahasa Jerman. Lalu saya tanya pada ibu saya, dan beliau seketika menjawab "Bahasa Inggris saja!" dan saya yakin bahwa pilihan ibu saya ini akan menjadi pilihan yang paling baik, maka saya pilih. Padahal ibu saya guru ekonomi dan tahu saya suka dengan hal-hal berbau ekonomi, tapi dia kok gak milih ekonomi? Nah disini keajaibannya :D
Yah selama sebelum SNMPTN, saya benar-benar cuti masak, online internet pun hanya sedikit, saya fokus ke belajar. Saya pengen masuk ITB/UNPAD. UPI saya sudah yakin, dan saya jadikan sebagai 'cadangan'. Saking yakinnya ke UPI, saya hanya belajar pelajaran IPS (yang merupakan jalur masuk ke Sastra Inggris) hanya sekitar 2 jam per hari, dan belajar pelajaran IPA sekitar 6-8 jam per hari. Yah pokoknya saya pahami, saya dalami rumus-rumus, kadang saya ikut teman saya belajar juga, yah pokoknya kerja keras banget deh.
Singkat cerita, saya sudah menyelesaikan tes SNMPTN, dan saatnya bergalau sambil santai. Beberapa hari kemudian, ada seorang teman yang mengabari bahwa kunci jawaban SNMPTN ada di halaman web salah satu bimbel, saya buka, dan karena saya punya jawaban saya, saya cocokkan. Saya hitung sendiri, passing grade di ITB dan UNPAD alhamdulillah terlampaui, setidaknya ada harapan, pikir saya.Saya pun tetap optimis dan ibadah supaya saya nyangkut di ITB atau UNPAD.
Dan hari pengumuman hasil SNMPTN pun tiba. Saya buka di rumah, untungnya koneksi internet saya sedang waras. Namun sore itu, mungkin karena yang buka banyak, server sempat down sampai sulit diakses. Saya baru membuka hasilnya jam 6.30 sore, namun sejak jam 4 sore saya sudah galau dan tidak bisa diam.
Lagi, saya mengetikkan identitas saya dengan gemetar. Lalu saya tekan tombol enter sambil melantunkan doa yang saya ucapkan saat membuka halaman pengumuman SNMPTN undangan. dan hasilnya adalah................................(jeng jeng jeng jeng) saya membaca "SELAMAT Anda mendapatkan ucapan selamat!" #digebukin :D bukan, saya mendapatkan ucapan selamat karena saya diterima di Bahasa dan Sastra Inggris UPI! Alhamdulillah!
Tangan dan tubuh saya gemetar dan merasa tak percaya. Saya mencoba mengetik sms ke kawan-kawan dan guru-guru serta keluarga untuk mengabarkan berita baik ini, tapi,percaya atau tidak, saya sulit sekali mengetik pesannya, karena tangan saya benar-benar gemetar. Selain karena diterima, namun karena teringat bahwa yang menerima saya adalah jurusan yang dipilih langsung oleh ibu saya!
Udah yah, cerita selanjutnya gak usah dibahas, pokoknya saya sekarang udah jadi mahasiswa UPI, di bahasa dan sastra Inggris.


Dari kejadian nyata diatas, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa:
1. Tanpa restu orangtua, khususnya ibu, apapun yang kita lakukan akan gagal
2. Dengan restu dan dukungan orangtua, bahkan pilihan mereka atau beliau, insya Allah kita akan sukses.
Oiya, perlu diingat bahwa ibu adalah pemegang kunci Surga kita. Tergantung kita mau mengambil kunci surga kita atau tidak, tergantung sikap kita pada ibu kita.

Dan sekarang, beberapa orang menanyakan apa saya akan mengambil ujian masuk PTN lagi untuk mencoba kembali ke kedokteran UNPAD (kenapa harus UNPAD? rumah kakek saya dekat sana, jadi tidak perlu biaya ngekos :D ). Namun saya telah putuskan untuk tidak mengambilnya. Karena pilihan saya adalah pilihan ibu saya, dan saya juga telah mengucapkan doa salat istikharah yang sama dengan yang saya ucapkan saat saya mendaftar ke SNMPTN undangan, jadi, ini pasti yang terbaik sekali, dan saya akan dimudahkan didalamnya, dan akan berdampak baik bagi kehidupan saya, di dunia maupun di akhirat.

Now I miss my mom :D

Sekian posting kali ini, semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment